iNSulteng - Aston Villa mengajukan protes resmi kepada PGMOL, badan pengatur wasit Liga Primer Inggris, terkait kinerja wasit Thomas Bramall dalam pertandingan melawan Manchester United.
Kekalahan 0-2 di Old Trafford membuat Villa kehilangan kesempatan lolos ke Liga Champions karena selisih gol, sebuah nasib yang dianggap banyak pihak disebabkan oleh keputusan kontroversial Bramall.
Pusat dari protes tersebut adalah keputusan wasit untuk menganulir gol Morgan Rogers di babak kedua.
Baca Juga: Air Mata Perpisahan, Senyum Kemenangan: Trent Alexander-Arnold Ukir Sejarah di Anfield
Baca Juga: Liverpool vs Crystal Palace: Kemenangan yang Tak Terduga, atau Sebuah Takdir?
Meskipun tayangan ulang menunjukkan kiper Manchester United, Altay Bayindir, belum sepenuhnya menguasai bola saat Rogers merebut dan mencetak gol, Bramall meniup peluit sebelum bola melewati garis gawang, mencegah intervensi VAR.
Keputusan ini dinilai sangat merugikan Villa, yang saat itu tengah bermain dengan 10 pemain setelah kartu merah untuk Emi Martinez.
Dua gol Manchester United menyusul keputusan kontroversial tersebut, memastikan kekalahan Villa dan menghancurkan impian mereka untuk bermain di Liga Champions.
Aston Villa mengklaim bahwa Bramall, salah satu wasit termuda yang memimpin pertandingan Liga Primer musim ini, seharusnya tidak ditugaskan untuk pertandingan setinggi taruhan ini.
Baca Juga: Anfield Bergemuruh: Liverpool Raih Gelar Liga Primer Setelah 26 Tahun!
Baca Juga: Mantan Pemain Arsenal Terlibat Penyelundupan Ganja Rp12 Miliar
Mereka menekankan bahwa keputusan untuk meniup peluit lebih awal tidak konsisten dengan pedoman kepelatihan terkini dan mencegah VAR berfungsi efektif.
Meskipun pelatih Unai Emery dan kapten John McGinn mengakui Manchester United bermain lebih baik, mereka tetap kecewa dengan keputusan kontroversial tersebut.
PGMOL hingga saat ini belum memberikan komentar resmi. Protes Aston Villa ini menyoroti perdebatan yang terus berlanjut mengenai peran VAR dan konsistensi pengambilan keputusan wasit dalam Liga Primer Inggris, khususnya dalam pertandingan dengan taruhan yang sangat tinggi.***