iNSulteng – Pesawat MH 370 yang dikabarkan hilang pada 2014 silam ternyata disebut jatuh di perairan samudra Hindia.
Pesawat terbang dari Kuala Lumpur, Malaysia dengan rute penerbangan ke Beijing China. Pesawat itu hilang setelah beberapa menit lepas landas.
Newsweek melaporkan, Para peneliti di Inggris telah membuat terobosan potensial dalam pencarian Pesawat Malaysia Airlines MH370, yang menghilang tanpa jejak dari radar satu dekade lalu dalam sebuah insiden yang menjadi fenomena media di seluruh dunia.
Baca Juga: Jefisa Putra Amrullah-Ruben Hehi Dapat Dukungan Penuh dari Pengusaha di Pilkada Morut 2024!
Penemuan sinyal dari mikrofon bawah air telah memperbarui harapan untuk menemukan Boeing 777, yang berpotensi memecahkan salah satu misteri terbesar dalam dunia penerbangan.
Perkembangan baru ini berasal dari para peneliti Universitas Cardiff yang meneliti sinyal akustik bawah air yang dihasilkan oleh kecelakaan pesawat, seperti yang diduga menewaskan seluruh 239 orang di dalam MH370 pada 8 Maret 2014.
"Penelitian kami menyelidiki penggunaan teknologi hidroakustik untuk memecahkan misteri penerbangan ini," kata Usama Kadri, seorang peneliti Matematika Terapan di Universitas Cardiff, dalam The Conversation .
"Dengan menyempurnakan metode kami dan melakukan eksperimen lebih lanjut, kami dapat memberikan wawasan baru tentang nasib MH370."
Studi ini menganalisis data dari stasiun hidroakustik milik Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty Organization (CTBTO) di Cape Leeuwin, Australia Barat, dan Diego Garcia di Samudra Hindia.
Tim Cardiff mengidentifikasi sinyal di Cape Leeuwin yang bertepatan dengan waktu jatuhnya MH370, yang tidak terdeteksi di Diego Garcia.
"Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang asal usulnya," kata Dr. Kadri. "Mengingat sensitivitas hidrofon, sangat tidak mungkin pesawat besar yang menabrak lautan tidak akan meninggalkan jejak tekanan yang dapat dideteksi, terutama pada hidrofon di dekatnya."
Untuk menganalisis lebih lanjut sinyal akustiknya, ledakan terkendali di sepanjang "busur ketujuh" (area kemungkinan posisi MH370 di Samudra Hindia sebagaimana ditentukan oleh komunikasi satelit terakhirnya) dapat membantu menentukan asal, mirip dengan yang dilakukan pada kapal selam ARA San Juan milik Argentina .
ARA San Juan hilang pada bulan November 2017, dan sinyal CTBTO bawah air akhirnya mengarah pada penemuannya.
"Latihan serupa, menggunakan ledakan atau senapan angin, dapat dilakukan di sepanjang busur ketujuh," saran Kadri.