iNSulteng - Selama ini kita kira TikTok cuman tempat buat hiburan buat scroll-scroll lihat orang joget, lihat live orang yang pura-pura nangis minta gift.
Tapi pernahkah kalian kepikiran ke mana perginya orang-orang yang dapat gift gede, apa yang mereka lakuin setelah live itu berakhir?
Faktanya tak sedikit dari mereka yang punya rencana lebih kotor dari yang kalian bayangkan, mereka sengaja manfaatin fitur live buat narik kalian.
Mereka pura-pura polos, pura-pura butuh bantuan, pura-pura cuma iseng, tapi setelah gift yang mereka dapat cukup banyak mereka enggak sekedar bilang terima kasih mereka pindah ke Telegram.
Disana mereka membuat grup khusus isinya orang-orang yang udah bayar pakai gift mereka dan yang terjadi di sana jauh lebih dari sekadar live biasa.
Ada yang jual konten eksplisit, ada yang buka sesi live eksklusif bahkan ada yang lebih parah dari itu yang lebih seram lagi.
Banyak orang tak sadar mereka udah ikut meramaikan ekosistem ini banyak yang pikir mereka cuman support creator padahal mereka tidak sadar mereka lagi nyumbang ke sesuatu yang jauh lebih kelam.
Ini bukan teori konspirasi ataupun kejadian langka, ini realita yang makin banyak terjadi di TikTok.
TikTok awalnya diciptakan sebagai aplikasi hiburan tempat orang berbagi video singkat dan bersenang-senang.
Tapi semakin berkembang platform ini berubah jadi mesin uang yang membuka celah bagi praktik-praktik kotor.
Salah satu fitur yang paling sering dimanfaatkan adalah live streaming, di mana penonton bisa mengirimkan gift virtual yang bisa ditukar dengan uang asli. Sekilas terlihat biasa saja, tapi di balik itu ada ekosistem gelap yang berjalan tanpa banyak orang sadari.
Para streamer tidak sekedar menghibur mereka mulai memainkan trik psikologi untuk menarik lebih banyak gift ada yang berpura-pura miskin, menangis, atau membuat drama demi simpati.